Suatu hari Calungga pergi berburu seorang diri. Dalam perburuanya itu,
ia menemukan sebutir telur raksasa. Telur itu kemudian dibawanya pulang
sekaligus ingin diperlihatkan kepada sang adik Calupat.
Namun, sebelum sampai dirumah, Calungga berubah pikiran. Calungga
memutuskan untuk memakan telur itu. Setelah menyantap telur raksasa,
Calungga merasa kehausan. Tapi anehnya rasa dahaga Calungga tidak pernah
hilang meski dia telah mengeringkan air sungai yang mengalir di kaki
Gunung Kerinci.
Dalam waktu bersamaan tubuh Calungga lambat laun berubah wujud. Tubuhnya
memanjang dan memiliki sisik-sisik emas sebesar nyiru atau tampah.
Calungga berubah menjadi seekor naga raksasa dengan batu mustika merah
delima di kepalanya.
Calungga yang sudah berubah wujud menjadi naga raksasa menjadi sakti.
Hanya dengan sekali putaran tubuhnya, lembah di kaki Gunung Kerinci
menjadi sebuah danau yang dikenal Danau Bento.
Calupat, Sang adik rupanya tidak mampu hidup seorang diri. Ia pun
meminta Naga Calungga mengantarkan ke perkampungan penduduk di sebelah
timur matahari terbit. Tujuanya agar ia dapat hidup berdampingan dengan
penduduk.
Dengan hanya sekali tiup, terbentuklah sebuah sungai. Sungai itu
dinamakan Muara Angin atau sungai Batang Merangin. Kemudian air sungai
tersebut menyusut saat Naga Calungga berjalan ke timur, seperti
permintaan adiknya, Calupat.
Bekas aliran sungai itu menjadi Danau Kerinci. Sesampainya di
perkampungan yang dituju, Calupat duduk di atas kepala Naga Calungga.
Maka penduduk menobatkan Calupat sebagai raja bergelar Sang Hyang Jaya
Naga.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar